Analisis di Wall Street menunjukkan bahwa pembaruan AI besar berikutnya, model GPT-6, mungkin akan muncul lebih awal dari yang diperkirakan banyak orang. Menurut para ahli, peluncurannya tidak hanya dapat meningkatkan kinerja chatbot tetapi juga meletakkan dasar untuk fase baru ekonomi digital.
Mark Mahaney, Direktur Utama di perusahaan riset Evercore ISI, menyatakan bahwa peluncuran GPT-6 pada akhir 2025 adalah kemungkinan. Sistem ini akan memanfaatkan inti penalaran canggih yang telah menunjukkan hasil mengesankan dalam memecahkan masalah kompleks. Dalam istilah praktis, ini berarti AI dapat berkembang dari alat penghasil teks menjadi mitra intelektual yang sepenuhnya berkembang. Sistem semacam itu berpotensi mampu merumuskan hipotesis mereka sendiri, menjalankan simulasi virtual, dan menghadapi tantangan yang sebelumnya memerlukan seluruh tim spesialis.
Seiring dengan pengembangan model itu sendiri, tren lain juga semakin berkembang—yang disebut "Perdagangan Agensial." Layanan besar seperti Uber, Spotify, Booking.com, dan Walmart sudah aktif mengintegrasikan kemampuan AI ke dalam platform mereka. Ini bukan hanya tentang saluran akuisisi pelanggan baru, tetapi tentang menciptakan agen asisten otomatis yang dipersonalisasi.
Para ahli menggambar paralel dengan hari-hari awal internet, ketika perusahaan yang mengabaikan membangun situs web mereka sendiri dengan cepat kehilangan pangsa pasar. Dinamika serupa kini sedang berkembang seputar adopsi AI agensial. Pengguna mulai mengharapkan layanan untuk mengantisipasi kebutuhan mereka dan menawarkan solusi siap pakai, bukan hanya merespons perintah.
Kemunculan GPT-6 mungkin lebih dari sekadar peningkatan teknologi; ini bisa menjadi katalis untuk perubahan mendalam dalam cara pengguna berinteraksi dengan layanan digital dan bagaimana bisnis beroperasi. Sementara OpenAI belum membuat pengumuman resmi mengenai tanggal rilis model tersebut, pasar sudah bersiap untuk lompatan maju yang potensial.